Label

"Jangan dikiran yang duduk tak punya kaki.... Bahkan dia bisa lebih tinggi darimu saat berdiri." #tawadhu

Rabu, 24 April 2013

Amanah Ini.... Bismillah


Bagiku, 2013 ini Allah benar-benar menganugerahiku sebuah kesibukan yang tak putus-putus.... sekalipun hari libur, masih ada aktivitas yang harus dikerjakan. Alhamdulillah. Setidaknya mengisi waktu dengan hal yang baik akan menghindarkan diri kita memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang buruk atau sia-sia. Dan semoga semua aktivitas yang aku jalani merupakan suatu kebaikan. Aamiin.
Khusus untuk minggu, 31 Maret 2013. Sejarah baru bagiku dimulai... lagi-lagi, biarkan aku bercerita runutnya.
Hari itu, minggu pagi, aku memenuhi janji sama kak Sri Rohyanti, yaitu  mengikuti senam. Senam ini merupakan kegiatan rutin partai X. Senam biasa berlangsung pukul 7 pagi. Jadi, pukul 7 kami sudah otw lapangan yang lokasinya lumayan jauh dari tempat tinggal kami. Di senam kali ini kami sepakat, selesai atau tidak selesai, kami harus pulang pukul 8. Karena sehari sebelumnya kami mendapat taklimat dari murobbi bahwa pada pukul 08.30 akan diadakan sebuah liqo gabungan yang berlokasi di SDIT Robbani, Mentaos, Banjarbaru. Dan murobbi menekankan masing-masing dari kami untuk hadir. Saat itu aku benar-benar bingung, karena agenda tersebut sebenarnya bentrokan dengan agenda FLP yang direncakanan ketua kami, di satu sisi, aku harus memenuhi taklimat dari murobbi. Sedang di sisi lainnya, aku juga harus dan tidak diijinkan untuk absen dari musyawarah cabang FLP saat itu. Lalulah, setelah putar otak dan lobi ketua sana-sini. Didapatkan lah ijin untuk datang telat dalam muscab FLP kala itu.
            Setelah saling mengejar waktu, aku melaju, dari mentaos ke sekretariat FLP sekitar pukul 11.00. bisa dikatakan aku sangat telat kala itu. Karena saat itu aku telah melewatkan beberap agenda penting, salah satunya ialah pembacaan AD/ART FLP. Sesampainya aku di muscab, materi yang disampaikan oleh ketua sudah pada tahap, Laporan Pertanggung Jawaban.
            Tahukah kalian agenda setelah itu apa? Ya! Tepat sekali. Karena musyawarah Cabang itu identik dengan pelengseran ketua sekaligus pengangkatan ketua baru FLP Cabang Banjarbaru.
            Dan, entah atas pertimbangan apa, ketua kami saat itu mengutarakan hasil musyawarah tim formatur FLP yang ternyata memutuskan kandidat utama calon ketua FLP periode 2013-2015 ialah aku, akhuna Dhoni, dan ketua kami saat itu, akhuna Muhammad Ery Zulfian. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku tak cukup kaget dengan pengumuman tersebut, karbena sudah sejak sebulan lalu, ketua kami, kami biasa memanggil beliau dengan sebutan ‘Pak Bos’ telah mengabarkan hal tersebut denganku. Seribu kali beliau utarakan, seribu kali pula aku mengelak, begitu terus, sampai aku kehabisan akal untuk menolak. Maka aku katakan saja pada beliau kala itu bahwa biarlah keputusannya dibicarakan dalam musyawarah cabang. Dan saat tiba saatnya. Ternyata namaku tetap menjadi calon kandidat.
            Sebenarnya, ada beberapa kandidat tambahan yang dipilih oleh teman-teman, diantaranya ialah kak Rindang, Sahli Ali, dan Akhuna Arie Hidayat. Hanya saja dengan berbagai alasan, mereka mampu meloloskan diri dari calon kandidat. Kemudian disusul oleh pak bos kami yang mengatas namakan skipsi, dan akh Dhoni yang menjadikan tanggung jawab beliau di sebuah organisasi besar menjadikan alasan selanjutnya. Sedangkan akh Ari? Jelaslah beliau keluar dari kandidat secara aman, alasannya yah karena saat itu beliau memang tidak hadir dalam musycab. Saat itu jangan dikira aku tak memiliki alasan.... sungguh, aku juga sudah punya persiapan alasan. Tapi, ternyataaa..... alasanku tertolak. Hingga semuanya berujung pada musyawarah puncak. Dimana aku diputuskan menjadi ketua FLP Cabang Banjarbaru periode 2013-2015. Saat itu rasanya seperti.... apa ya.... entahlah, semuanya campur aduk, takut, senang, gelisah, risau, segan, bangga, semua bercampur aduk. Menjadi seorang qiyadah dari sebuah organisasi besar macam FLP merupakan pengalaman pertamaku. Sungguh. Sebelumnya tahapku hanya setara koordinator kementerian kerohanian, dan menjadi anggota di organisasi lainnya. jadi, sungguh, pengalamanku masih sangaaaat sedikit.
Kini, amanah itu telah aku pegang. Aku hanya berharap agar aku mampu menjadi seorang yang amanah terhadap kepercayaan dan aku mampu mengangkat dan menjaga nama baik FLP. Aamiin. Jayalah FLP Cabang Banjarbaru. Barakallah!!!


Senin, 18 Maret 2013

Workshop Kepenulisan FLP Banjarmasin


            Hari ini...Untuk kedua kalinya, aku datang ke workshop kepenulisan FLP dimana bang Boim Lebon yang menjadi narasumbernya. Walaupun peserta tak sebanyak workshop sebelumnya, tetapi bagiku, acara kali ini tetap memiliki jiwa antusiasme, baik dari peserta maupun empunya acara, yakni FLP Cabang Banjarmasin.
            Aku sendiri sudah mempersiapkan diri sejak subuh dini hari, dengan malam sebelumnya dengan tlaten ku setrika baju yang akan aku kenakan dan mengemas barang-barang yang diperlukan didalam tas kesayangan.
            Paginya, aku charger semangat dengan menenggak segelas susu coklat. Walaupun pagi ini temanku, Ridha, urung berangkat, aku akan tetap maju tak gentar.
Setelah hari-hari sebelumnya janjian berangkat bareng dengan rombongan FLP Cabang Banjarbaru. Maka diputuskan lah Minggu pagi kami berangkat jam setengah 8, karena acara memang dijadwalkan jam 09.00 wita. Setelah melalui proses yang alot karena saling tunggu, maka sekitar jam setengah 9, personil kami barulah lengkap, diantaranya, aku, Inunk, Naila, Ery, Intan, Ervi, 3 teman Inunk dan 2 teman Ery. Kami capcus.
Kalian tahu?? Kesalahan terbesar kami kala itu?!
Terlambat? Hemmmm... memang sih kami jelas terlambat.
Salah jadwal? Ya kemungkibnan itu kecil laaah, secara saat itu aku lagi rombongan, jadi kalo memang penyakit pikunku kambuh, teman-teman yang lainnya bisa saja mengingatkan.
Hemm... baiklah, aku akui kesalahan terbesar kami, ialah..... kami tidak tahu tempat, kami buta arah, sampai hari H kami nggak tahu dimana itu workshop diadakan. Kami hanya bermodal denah yang dijabarkan panitia lewat sms. Beberapa temanku yang sedikit mengenal Banjarmasin, mendapat bayangan kasar. Tetapi belum pasti. Banjarmasin memiliki begitu banyak jalan yang semuanya memiliki kemungkinan untuk kami tersasar dengan indahnya.
Manusia dituntut untuk ikhtiar agar benar-benar mendapat hasil maksimal. Alhasil, kami terus saja melaju menuju puncak, eh, tempat. Kali ini selain denah kasar, kami juga membawa serta tawakkal sebagai bekal.
Pertolongan Allah itu nyata. Benar-benar nyata saat kuasaNya benar-benar menuntun kami ke jalan yang benar. Hehehe. Kami gagal kesasar. Hanya saja, keterlambatan tak mampu kami hindari, kami sampai di lokasi sekitar jam setengah 10. Tetapi kami beruntung, karena saat itu acara belum dimulai.
Acara berlangsung dengan mengesankan, dan tentunya.... Bertebaran bingkisan, baik dari panitia, sponsor maupun dari bang Boim Lebon sendiri. Bang Boim sendiri menciptakan sebuah suasana yang nyaman, kocak, jujur dan polos. Kami pun langsung di rangsang untuk aktif menulis, kami dibimbing dan dibina secara langsung untuk menulis sebuah skenario, dimana skenario yang kami buat tersebut kemudian dikumpulkan kembali ke beliau. Benar-benar mantap!!! Selain itu, saat istirahat/break, jajaran nasyid dari FSI Ulul Albab voice pun perform. Mengagumkan.

Kamis, 07 Maret 2013

Pejuang Cilik Berhati Baja


Inspirasi hari ini....

Namanya... Adul...
Aku bertemu dengannya lagi hari ini...  di sebuah TPA dekat lingkungan kampus.
Sebenarnya... Jadwalku mengajar sudah aku penuhi pada hari selasa kemarin, tetapi, kegembiraanku ketika berkumpul dengan anak-anak kecil membuatku ingin kembali, sekiranya bertemu dengan mereka merupakan cara yang aku gunakan untuk menghilangkan kestresanku terhadap asbid dan konsul. Maka aku beranikan diri untuk meminta izin mengajar di TPA tersebut hari ini kepada salah satu ustadzah yang setiap hari mengajar di sana...
Kembali ke tokoh kecil kita kali ini...
Adul....
Semula aku berpikir kalau dia tak jauh berbeda dengan anak-anak lain, yang khas dengan bandel dan ributnya. Justru semula aku berpikir dia biang ribut dari yang lain...
Tampilannya pun khas, dengan peci kekecilan yang tak muat menutupi rambut depannya yang sedikit gondrong, hingga rambut tersebut harus menyembul keluar seperti jambul kebesaran. Itu yang membuat mudah membedakannya dengan yang lain, belum lagi suaranya yang nyaring dan besar merupakan sesuatu yang cukup mencolok darinya.
Katanya... Adul jualan...
Info itu aku dapat setelah aku mengajar TPA hari pertama, selasa, 29 Januari 2013... jujur, aku penasaran dimana Adul berjualan...
Dan... Rasa penasaranku terbayar lunas, ketika kemarin, jum’at, 1 Januari 2013 Adul menjadi salah satu murid yang aku simak bacaannya. Ketika dia mulai ingin memposisikan diri, aku menyapanya pertama kali, “Adul kan?”
Dianya nyengir, “Hehe.. Iya, Bu.” (Alamaaaakk, dia memanggilku ibu...)
“Katanya, Adul jualan ya?” langsung saja aku membayar rasa penasaranku.
“Iya, Bu,” jawabnya sembari mengambil posisi pewe.
“Jualan dimana, Dul?” niat banget kan ya aku ngintrogasi dia.
“Di depan *teeeet( menyebutkan salah satu pasar swalayan), tapi hari ini nggak jualan dulu, Bu,” curcolnya.
“Loh, kenapa?” tanyaku lagi.
“Soalnya mau ngaji, Bu.”
Subhanallah... Batinku bertasbih. “Kenapa nggak ditinggal dulu jualannya pas ngaji?” usulku.
“Nggak bisa, Bu. Soalnya nggak ada yang jaga,” jawabnya lugu, “Makanya biasanya pulang duluan pas ngaji, Bu. Tapi kadang-kadang itu, si Robi becandaan terus, jadi lama pulangnya,” curhatnya lagi sembari membuka Al-Qur’annya.
Ada sedikit keraguan ingin menanyakan sesuatu padanya, tapi Adul anak yang kooperatif, jadi aku beranikan diri bertanya padanya pada saat menulis tanggal di buku laporan mengajinya, “Adul masih sekolah?”
“Udah nggak, Bu. Nggak ada uang. Hehehe” jawabnya sebelum membaca ta’awuz.
Sekali lagi hatiku bertasbih....
Aku dapat merasakan ketangguhan seorang Adul yang masih belia... Andai saja dia bersekolah, tentulah dia akan menawan dengan seragam merah putihnya. Disaat teman-temannya tengah sibuk mendengarkan pelajaran-pelajaran dari guru, Adul telah mengambil posisi, memerah keringatnya mencari nafkah.
Lalu... bagaimana dengan kita? Sudahkah kita bersyukur dengan segala zona nyaman yang kita miliki saat ini? Sehingga kita menjadi sosok yang tak setangguh Adul. Pernahkah terpikir oleh kita, saat kita dahulu, berumur kurang dari 12 tahun harus memerah keringat, berjualan, menantang terik matahari, mengacuhkan serbuan debu jalanan, mencari nafkah seperti adik kita... Adul.
Pernahkah....

Terkadang... Kita merasa bahwa diri adalah orang yang paling tidak beruntung di dunia ini... Karena ini lah... Itu lah... Sejuta alasan kita lontarkan untuk mendukung statement konyol kita. Padahal itu sama saja dengan ungkapan-ungkapan tak tau diri kita akan nikmat-nikmat Allah.
Dengan melihat Adul.... sadarilah... bahwa masih banyak diluar sana mereka-mereka yang tak sebetuntung kita...
Lihatlah!!! Allah telah menciptakan kita dengan segala kelebihan... Berhusnudzonlah pada apa yang telah Allah ciptakan dan Allah berikan.
Bila satu tangan kita cacat, maka kita masih punya tangan yang lailn untuk menggapai...
Bila satu kaki kita lumpuh, maka kita masih punya satu kaki yang lainnya untuk berpijak...
Dan...
Jangan sekalipun menganggap rendah terhadap garis dan ciptaan Allah... karena hal tersebut merupakan sebuah indikasi kebutaan hati kita terhadap kelebihan yang Allah berikan...
Jangan dikira, yang duduk itu tak punya kaki... Bahkan dia bisa lebih tinggi darimu saat berdiri...
NB:
Teruntuk Adul, pejuang kecil yang tangguh, tak kenal lelah juga peluh... Terima kasih atas semua pelajaran yang tak kau lisankan.

Senin, 24 September 2012

PUTUSSS!

Ini... Hanya untaian surat yang saya dapat dari buku keren yang ditulis oleh Ustadz Salim A. Fillah dalam bukunya yang berjudul Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan...
Saya pribadi menyebutnya.... Surat Pemutusan Hubungan Pacaran (PHP). Yah, ini adalah surat memutuskan pacar dengan indah....Bacalah kawan-kawan.... Semoga bisa menjadi manfaat dan sebuah renungan.
           
Jangan lagi membuat Setan Bahagia!!
SPHP (Surat Pemutusan Hubungan Pacaran)
            Assalaamu ’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh..
          Ba’da tahmid dan shalawat...

          Syukur pada Allah yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbarui taubat.
          Akhi, rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang Tak Pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam. Yang siap Memberi apapun yang kupinta.ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya.
          Maaf akhi, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil, dan kerdil dihadapanNya. Ia berbuat apa saja sekehendakNya kepadamu. Dan, akhi, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya cemburu. Aku takut, hubungan kita selama ini membuatNya murka. Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras SiksaNya.
          Akhi, belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan olehNya. Ia bisa marah, akhi. Marah tentang saling pandang yang pernah kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita yang belum halal itu, marah karena suatu ketika dengan terpaksa aku harus membonceng motormu, mareh karena pernah ketetapanNya kuadukan padamu atau tentang la2munanku yang selalu membayangkan wajahmu. Ia bisa marah. Tapi sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga Ia mau Memaafkan dan Mengampuni. Akhi, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf, Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.
          Akhi, jangan marah ya. Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan citaku padaNya, tidak pada selainnya. Tapi tak cuma aku, akhi. Kau pun bisa menjadi kekasihNya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan. Caranya satu, kita harus jauhi larangan-laranganNya termasuk dalam hubungan kita ini. Insyaallah, Dia punya rencana yang indah untuk masa depan kita masing-masing. Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenciNya, kau pasti akn dipertemukan dengan seorang wanita shalihah. Ya, wanita shalihah yang pasti jauh lebih baik dariku saat ini. Ia yang akn membantumu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridha Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah doaku untukmu, semoga kaupun mendoakanku, akhi.
          Akhi, aku akan segera menghapuskan namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini. Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah. Ya. Saudara di jalan Allah, akhi. Itulah ikatan terbaik. Tak hanya antara kita berdua, tapi seluruh orang  mukmin di dunia. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu beliau pun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih ledmbut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.
          Maaf akhi. Tak baik rasanya aku berlma-lama menulis surat ini. Aku takut ini merusak hati goreSan pena terakhirku di surat ini  adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita, insyaallah.
Wassalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.